Seorang kakak kelas pernah berkata tentang memantaskan diri
Tentang hal simple seperti ketika kita ingin tampil baik di
depan bos di tempat kerja pertama untuk mendapatkan simpatinya
Tentang bangun lebih pagi, memilih pakaian yang sudah
disetrika rapi, disiapkan sejak beberapa hari yang lalu, menghafal beberapa
kalimat sapaan sederhana, beberapa kali menahan degup jantung yang semakin berdetak
tak berirama, dan sesekali melirik kaca di setiap toko yang terlewat sambil
menuju kantor untuk memastikan tampilannya tidak cacat sedikitpun
Hal sederhana yang seharusnya juga kita lakukan pada Tuhan
kita.
Pada Sang Maha Pencipta yang menjadikan kita makhluk paling
sempurna di bumi.
Bahwa ketika segala keinginan, doa, dan harapan kita
tentunya harus disampaikan dengan sebuah ‘rayuan’.
Ketika ingin mendapatkan simpati bos, maka persiapan kita
begitu padat, maka seharusnya untuk mendapatkan simpati Tuhan tentunya lebih sulit.
Maka seharusnya diri ini berkaca dahulu sebelum meminta dan
berdoa.
Sudahkah kita layak meminta keinginan tersebut?
Sudahkah kita memantaskan diri memanjatkan doa itu?
Sudahkah kita menengok ke dalam diri sendiri tentang apa
yang sudah kita lakukan sebelumnya pada Tuhan, sehingga Tuhan bisa menjawab
harapan kita?
Dan ketika doa tersebut semakin mengerucut menjadi doa
tentang pasangan hidup, sebuah pertanyaan besar kemudian tertera jelas
Sudahkah kita memantaskan diri menjadi muslimah yang sholehah, calon ibu
yang baik, menantu yang dapat diandalkan dan istri yang menyenangkan?
Sudahkah?
:)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar