12 Februari 2014

Memantaskan Diri

Seorang kakak kelas pernah berkata tentang memantaskan diri
Tentang hal simple seperti ketika kita ingin tampil baik di depan bos di tempat kerja pertama untuk mendapatkan simpatinya

Tentang bangun lebih pagi, memilih pakaian yang sudah disetrika rapi, disiapkan sejak beberapa hari yang lalu, menghafal beberapa kalimat sapaan sederhana, beberapa kali menahan degup jantung yang semakin berdetak tak berirama, dan sesekali melirik kaca di setiap toko yang terlewat sambil menuju kantor untuk memastikan tampilannya tidak cacat sedikitpun

Hal sederhana yang seharusnya juga kita lakukan pada Tuhan kita.

Pada Sang Maha Pencipta yang menjadikan kita makhluk paling sempurna di bumi.
Bahwa ketika segala keinginan, doa, dan harapan kita tentunya harus disampaikan dengan sebuah ‘rayuan’.

Ketika ingin mendapatkan simpati bos, maka persiapan kita begitu padat, maka seharusnya untuk mendapatkan simpati Tuhan tentunya lebih sulit.

Maka seharusnya diri ini berkaca dahulu sebelum meminta dan berdoa.

Sudahkah kita layak meminta keinginan tersebut?
Sudahkah kita memantaskan diri memanjatkan doa itu?
Sudahkah kita menengok ke dalam diri sendiri tentang apa yang sudah kita lakukan sebelumnya pada Tuhan, sehingga Tuhan bisa menjawab harapan kita?

Dan ketika doa tersebut semakin mengerucut menjadi doa tentang pasangan hidup, sebuah pertanyaan besar kemudian tertera jelas

Sudahkah kita memantaskan diri  menjadi muslimah yang sholehah, calon ibu yang baik, menantu yang dapat diandalkan dan istri yang menyenangkan?

Sudahkah?

:)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...