18 Februari 2014

I Wish I Never Met You


























Rasanya menenangkan sekali membaca kata-kata diatas.
Untuk yang pernah bertemu saya, maafkan karena first impression saya buruk.
Maaf karena banyak mengomel, moody, kesal, bete, bossy, dan hal buruk lainnya yang pernah tersirat dalam benak kalian (kamu) untuk memaki saya, menjauh dari saya, atau bahkan menyakiti saya balik.

Terimakasih karena sudah mau bertahan kepada saya, karena sudah begitu sabar
Sudah mau mendengar, banyak orang (mungkin) yang menahan rasa ingin menjitak kepala atau melakban mulut saya yang cenderung pedas dan tajam

Terimakasih kepada kalian (kamu) yang sudah singgah sejenak dalam hidup saja yang sudah mau menginjak angka 23 tahun.
Maaf karena tak banyak yang saya lakukan untuk kalian (kamu).
Maaf karena banyak mengocok emosi kalian (kamu).

Thanks a lot
Kalian (kamu) sangat berharga untuk saya :)


~~~

Inilah inspirasi pembuatan hadiah roti isi coklat di pagi hari yang di bagi secara random ke beberapa anak BEM. Semoga energi cinta yang kumpulkan sambil membuatnya tersalurkan dengan baik kepada kalian untuk menjalani kegiatan di hari kemarin. Terimakasih sudah hadir dalam hidup saya :)

17 Februari 2014

Setangkai Bunga

Pernah mendengar tentang kisah seorang guru dan muridnya?

Alkisah, seorang guru mengajak murid kesayangannya menuju sebuah padang rumput yang luas.

Padang rumput itu ditumbuhi bunga-bunga yang indah, cantik, dan tentunya harum semerbak.

Saat sampai di ujung padang rumput, sang guru mengajak muridnya berbicara.
‘Muridku, aku ingin mengujimu mengenai sesuatu. Di hadapanmu ada padang rumput penuh bunga yang terhampar luas. Aku ingin kamu mengambil satu tangkai bunga yang menurutmu paling cantik, indah, dan harum.’

Si murid berfikir ini pekerjaan yang sangat mudah, hanya setangkai bunga yang paling indah tentu murid sepintar dirinya tidak akan salah langkah.

‘Tapi, ada peraturannya. Kamu harus terus melangkah maju, tak boleh menengok ke belakang, kecuali kamu sudah sampai ke ujung padang rumput yang satunya. Jika pada tengah bagian dari padang rumput kamu sudah menemukan bunga, kamu boleh langsung kembali ke sini. Pokoknya batas kamu mencari bunga terbaik untuk dibawa kehadapanku adalah ujung padang rumput ini. Batas waktunya adalah hingga siang hari, tepat ketika matahari berada di tengah-tengah, aku akan menunggumu disini selama kamu mencari.’ ucap sang guru menambahkan.

Sang murid mengangguk tanda mengerti. Baginya hal ini adalah perkara mudah. Ia segera memulai pencarian. Hari masih cukup pagi ketika ia mulai melangkahkan kaki di padang rumput itu. Sang guru memulai aktivitasnya menunggu sambil sesekali tersenyum misterius.

Hari dengan cepat beranjak menuju siang. Matahari yang tadinya nampak hangat sekarang mulai tega memancarkan sinar teriknya. Namun sang guru tetap menunjukkan wajah bijaksananya, sementara sang murid masih belum menunjukkan diri.

Tak lama berselang, sang murid akhirnya datang dengan setangkai bunga di tangannya. Ia menyerahkan bunga itu dengan wajah murung. Sang guru tersenyum dengan bijak lalu bertanya, ‘Ada apa anakku? Mengapa wajahmu murung?’

Sang murid menjawab dengan lesu, ‘Rasanya aku masih belum memberikan bunga terbaik untukmu guru.’

‘Loh, mengapa begitu?’

‘Aku sudah menemui bunga yang cukup menarik sekitar 5 menit sejak melangkahkan kaki ke padang rumput ini, tapi entah mengapa rasanya tidak cukup menarik untuk diberikan padamu. Karena aku menurutimu untuk tidak menengok ke belakang, akhirnya aku tidak jadi mengambil bunga itu dan kembali melangkah ke depan. Hal itu terjadi berturut-turut, karena aku berfikir masih ada bunga yang lebih menarik di depanku nantinya. Tanpa sadar hari sudah siang, dan aku sudah sampai di ujung padang. Aku mulai panik, hingga akhirnya bunga inilah yang aku persembahkan padamu.’ Jawabnya masih dengan wajah murung.

Sang guru tersenyum lagi lalu menjawab, ‘Inilah hidup anakku. Ujian terakhir ini bertujuan untuk melihat seberapa besar kamu untuk bersyukur terhadap sesuatu. Sampai kapan pun, sesuatu yang dicari tidak akan pernah cukup. Kita harus menemukan fase dimana kita harus merasa cukup, agar tidak tamak mengejar sesuatu yang tidak ada habisnya.’

‘Ini berlaku untuk banyak hal, seperti harta, tahta, maupun wanita. Bahwa menimbang tentunya akan lama, sementara waktu pencarianmu terus berjalan, engkau semakin menua. Apa yang telah kamu tolak, tentu tidak akan kembali lagi, karenanya ketika kamu semakin sulit menimbang, semakin tamak mencari, maka penyesalan yang akan kamu temui di ujung padang. Seperti saat ini ketika kamu memberikan bunga yang kamu sendiri tidak puas terhadapnya. Jika pada suatu hari nanti kamu dihadapkan pada pilihan akan seorang perempuan yang baik, kamu cocok, namun kamu merasa pada suatu hari ke depan kamu akan dihadapkan dengan perempuan yang lebih baik lagi, dan pada akhirnya kamu ingin menolaknya, maka ingatlah kembali hikmah ujianmu hari ini.'

~~~

Semoga ketika suatu hari Allah menghadapkan aku pada dua pilihan antara ya dan tidak, Allah mengingatkan aku kembali tentang cerita ini
Bahwa memulai sesuatu tidaklah harus dengan sama-sama sempurna
Bahwa seharusnya cukup dan genap adalah bersamamu.
:)

15 Februari 2014

Cukup Bahagia dengan Memberi

"Karena orang yang mencintai sudah merasa bahagia dengan memberi. Ia tidak pernah merasa perlu untuk menerima."
(Kutipan dari sebuah buku, lupa judulnya)


Ini jawaban untuk seseorang yang pernah menanyakan hal
"Gimana kalo ternyata apa yang lo lakukan malah akan menjauhkan dia?
Gimana kalo sikap biasa aja yang dia tunjukan hanya kedok dan sebenarnya dia merasa sebaliknya?"

Tidak masalah kok.
Entah mengapa rasanya hanya ingin mendoakan
Semoga Allah memberikan yang terbaik untuk kami berdua :)


12 Februari 2014

Memantaskan Diri

Seorang kakak kelas pernah berkata tentang memantaskan diri
Tentang hal simple seperti ketika kita ingin tampil baik di depan bos di tempat kerja pertama untuk mendapatkan simpatinya

Tentang bangun lebih pagi, memilih pakaian yang sudah disetrika rapi, disiapkan sejak beberapa hari yang lalu, menghafal beberapa kalimat sapaan sederhana, beberapa kali menahan degup jantung yang semakin berdetak tak berirama, dan sesekali melirik kaca di setiap toko yang terlewat sambil menuju kantor untuk memastikan tampilannya tidak cacat sedikitpun

Hal sederhana yang seharusnya juga kita lakukan pada Tuhan kita.

Pada Sang Maha Pencipta yang menjadikan kita makhluk paling sempurna di bumi.
Bahwa ketika segala keinginan, doa, dan harapan kita tentunya harus disampaikan dengan sebuah ‘rayuan’.

Ketika ingin mendapatkan simpati bos, maka persiapan kita begitu padat, maka seharusnya untuk mendapatkan simpati Tuhan tentunya lebih sulit.

Maka seharusnya diri ini berkaca dahulu sebelum meminta dan berdoa.

Sudahkah kita layak meminta keinginan tersebut?
Sudahkah kita memantaskan diri memanjatkan doa itu?
Sudahkah kita menengok ke dalam diri sendiri tentang apa yang sudah kita lakukan sebelumnya pada Tuhan, sehingga Tuhan bisa menjawab harapan kita?

Dan ketika doa tersebut semakin mengerucut menjadi doa tentang pasangan hidup, sebuah pertanyaan besar kemudian tertera jelas

Sudahkah kita memantaskan diri  menjadi muslimah yang sholehah, calon ibu yang baik, menantu yang dapat diandalkan dan istri yang menyenangkan?

Sudahkah?

:)


01 Februari 2014

Untuk Allah dan diri sendiri

"Selayaknya, seseorang memperbaiki dirinya sendiri memang karena dirinya sendiri, selain Allah juga memang menyuruh kita untuk memperbaiki diri. Bukan karena orang lain, bukan juga karena mengharapkan pasangan yang baik. Karena pasangan yang baik itu, akan otomatis mengikuti, kalau kitanya sudah berusaha sekuat tenaga untuk memperbaiki diri. Masalahnya, sesuatu yang dilakukan karena orang lain, atau dilakukan karena mengharapkan sesuatu yang lainnya (karena mengharapkan pasangan yang baik misalkan), hanya akan banyak mengundang rasa kecewa. Sebaliknya, sesuatu yang dilakukan karena Allah, karena pemahaman yang baik dalam dirinya sendiri, akan selalu menentramkan hati. Sesulit apapun proses yang harus dijalani. 
___ Genap, Nazrul Anwar"
~~

Change.
No matter how hard it is.
Buat Allah. Buat Allah.
:)




LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...