25 Agustus 2010

A Teacher's Prayer



A Teacher's Prayer by James Metcalf

James J. Metcalf

I want to teach my students how--
To live this life on earth,
To face its struggles and its strife
And to improve their worth.
Not just the lesson in a book,
Or how the rivers flow,
But to choose the proper path,
Wherever they may go.
To understand eternal truth,
And know right from wrong,
And gather all the beauty of
A flower and a song,
For if I help the world to grow
In wisdom and grace,
Then I feel that I have won
And I have filled my place.
And so I ask your guidance, God
That I may do my part,
For character and confidence
And happiness of heart.


05 Juli 2010

tulisan ngaco seorang remaja akibat mengurus bayi :p

Well, ini postingan baru saya.

Kerjaan saya akhir-akhir ni kalo di rumah adalah ngurus bayi tetangga sebelah.

Emang bakat seneng sama anak kecil, apalagi yang lucu, pinter, dan bersih, jadilah saya ngabisin waktu luang dengan berkunjung ke rumah ibu sella.

Ibu ini punya anak pertama perempuan, bernama sevina, yang sumpah pinter banget deh, umur 3 tahun udah bisa bahasa inggris nya warna, doa2 pendek untuk tidur, makan, dan sesudah makan, angka, nama-nama binatang dalam bahasa inggris, dll. Sometimes, she told me, “kak, manusia kan berfikir pake ini (sambil menunjuk kepala), kalo engga ada ini mah bodoh, ya kak?”

Saya menjawab dengan senyum bingung khas orang bolot. Hahaha, bingung ga sih anak 3 tahun udah ngerti kalo mikir pake otak? ;p


Well, balik lagi ke topik yang mau saya ceritain.

Vina ini baru aja punya adik laki-laki yang bernama Ibrahim. Dipanggilnya baim. Dengan bobot 3,85 kg dan panjang 49 cm, dia lahir di rumah sakit karya bakti bogor jam 9.40 am. Hehehe, informasi lengkap ini masih saya ingat karena dia bayi pertama dari tetangga-tetangga saya yang pernah saya kunjungi langsung, setelah lahiran. Hehe..

Ini fotonya yang masih menghadap kanan, sehingga saya gak bisa moto mukanya langsung. Ayo dong de,, nengok sini sayangg.. ;p



Eh, btw, waktu nengok dia, ada 2 bayi lain yang kondisinya cukup mengenaskan untuk dilihat. Yang pertama berumur 7 bulan, premature, dan kadar bilibirum (kalo ga salah) cukup tinggi. Itu loh, bayinya jadi rada warna biru karena keracunan air ketuban gituh.

Bayi pertama ada dalam inkubator berchaya biru dan tulang2nya keliatan gitu. Kayak anak afrika yang kurang gizi. Astagfirullah, dalam hati saya beristigfar, berharap mudah2an anak saya nanti ga begitu.

Bayi yang kedua berukuran seperti anak kucing. Sekitar 10-20 cm, dengan warna merah dan menggeliat-geliat, tapi beneran deh, bentuknya masih kecil banget dan rada ga jelas anggota tubuhnya. Lagi2 saya beristigfar, kayaknya ini bayi masih 5 atau 6 bulan deh. Ya allah, gak kebayang kalo saya yang ada di posisi ibunya. Apalagi anak pertama, heuuu, nangis Bombay deh sebulaneun. T.T



Jadi, bayi bernama Ibrahim fadhulrahman ini, yang biasa dipanggil baim, adalah bayi pertama yang secara intensif saya urusin. Hehe, walau cuma momong aja, tapi setidaknya ada kemajuan loh. Biasanya saya kan ga bisa gendong. Hihihi :p

Well, because of him, saya jadi pengen ngerasain baby blue syndrome. Tau gak? Itu loh, sindrom peka nya seorang ibu sampe sering bgt nangis bombay dan super sensitif ketika habis melahirkan. Pengen tau rasanya melahirkan, momong bayi, ngurusin anak, dan tentunya, menatap setiap perkembangan yang diberikan buah hati saya setiap detik, menit, dengan mata kepala saya sendiri.

Pengen juga sih, dengerin ayahnya mengadzankan di telinganya saat baru menatap dunia, memberikannya asi eksklusif, melihat mata ayahnya menatap buah hatinya pertama kali (ada istilah seorang wanita akan menjadi ibu ketika hamil, dan seorang pria akan menjadi ayah ketika melihat buah hatinya). I wanna see his eyes, when look at his baby. 

^ngaco.com



Hahaha, udah ah ga usah didengerin. Isi tulisan ini hanya tulisan ngaco seseorang yang sedang mengalami keanehan karena mengurus bayi dan melihat teman SD nya sedang hamil 6 bulan.

Jadi harap maklum.

Apassiihhh :p

24 Mei 2010

tulisan ttg asuransi

“Arti asuransi dalam otak saya…”

Ketika mendengar kata asuransi yang ada dalam benak saya adalah sebuah tabungan. Entahlah mengapa kata tabungan yang justru muncul, bukan investasi, polis, dan juga premi. Kata-kata yang lain itu hanya pernah terlintas dalam otak saya dan tak pernah saya pikirkan lebih lanjut.

Mengapa tabungan? Hal ini ada sebabnya. Begini, asuransi yang saya kenal adalah tentang seorang petugas asuransi yang setiap tiga bulan mendatangi rumah saya dan mengambil sejumlah uang dari ibu saya. Sampai saat ini saya berfikir, uang yang diberikan adalah untuk ditabung. Itu karena ibu saya sering berkata, “Nanti, kalo adik kamu sudah mau masuk SMP, uang asuransinya keluar.”, dan itu nyaris sama dengan menabung karena kita menyimpan uang yang nanti akan kita gunakan pada saat yang dibutuhkan. Itu yang saya pikirkan, setidaknya sampai saat ini.

Saya yakin remaja di Indonesia hampir tidak mengenal apa itu asuransi. Kami sudah ketagihan facebook-an hingga tidak tertarik membahas asuransi yang lebih banyak digunakan oleh orang dewasa. Di sekolah dan di rumah pun tidak membahas atau setidaknya menyinggung masalah asuransi, jenis asuransi, atau istilah dalam asuransi. Hanya segelintir remaja saja yang tahu, terutama yang bersekolah dengan jurusan khusus ekonomi di SMK atau SMEA.

Ketika saya mencari bahan di internet, buku asuransi, dan beberapa artikel tentang keuangan, tanda tanya dalam otak saya semakin banyak. Apa sih asuransi itu???

Terlalu banyak buku, artikel dan berita di internet yang memakai kata-kata sulit bagi saya yang sangat awam tentang dunia ekonomi karena saya sendiri bersekolah di jurusan analisis kimia. Arti kata dalam bidang asuransi bagi saya adalah bahasa planet lain yang sangat asing dimengerti dan dicerna.

Tetapi, sebuah kalimat yang membuat saya akhirnya tertarik untuk menelaah lebih lanjut tentang asuransi walaupun kata-katanya sulit, datang dari Sir Whinston Churciil yang tulisannya dimuat dalam buku Security for Life oleh Fuad Usman dan M. Arief.

Bunyinya, “Apabila diperbolehkan saya akan menulis kata berasuransi pada setiap pintu rumah dan pada sampul depan buku catatan setiap orang, karena saya yakin dengan berasuransi yang mungkin tidak murah, keluarga dapat terlindung dari malapetaka yang akan menghancurkan hidup mereka selamanya.”

Pernyataan yang menurut saya mudah dimengerti itu membuat saya berfikir bahwa asuransi itu sangat penting, bahkan seorang legenda hidup dan pemimpin besar Inggris yang telah dua kali terpilih menjadi perdana menteri pada dua zaman berbeda, ikut perang dunia II, dan melawan NAZI Jerman dapat berkata hal seperti itu. Untuk itu saya mencari apa yang saya perlu ketahui mengenai asuransi. Mulai dari pengertian, manfaatnya dan jenisnya.

Pertama, saya mencari pengertian asuransi dari Wikipedia. Yaitu asuransi adalah sebuah sistem untuk merendahkan kehilangan finansial dengan menyalurkan risiko kehilangan dari seseorang atau badan ke lainnya.
Kata lain yang menurut saya mudah dipahami yaitu asuransi adalah suatu sistem untuk mengurangi risiko buruk dalam bidang keuangan seseorang yang sewaktu-waktu dapat terjadi dengan cara mencegahnya melalui penyimpanan pada orang lain.

Manfaat asuransi bukan hanya bagian dari pemenuhan rasa aman yang termasuk dalam kebutuhan dasar kedua manusia menurut Maslow’s Hierarchy of needs, tetapi asuransi dapat digunakan sebagai sarana membantu orang lain dalam risiko kehilangan penghasilan yang dapat menjadi bencana bagi mereka sekaligus membantu mempersiapkan masa depan keuangan.

Risiko yang dihadapi setiap orang pasti berbeda. Tergantung dengan kondisi keuangan dan tujuan keuangan yang sudah direncanakan, tentunya. Contohnya, orang dengan pemasukan keuangan tinggi, akan sangat mementingkan asuransi, baik asuransi jiwa, asuransi pendidikan, asuransi kesehatan, asuransi mobil dan lain-lain. Karena orang tersebut memiliki hal-hal yang penting dan jika risiko terjadi, setidaknya orang tersebut telah melakukan tindakan pencegahan agar dampak buruk tidak terlalu besar.

Sebaliknya, orang dengan kondisi keuangan menengah mungkin akan memilih satu atau dua jenis asuransi dengan skala prioritas yang berbeda untuk setiap orang. Ada yang hanya memilih asuransi pendidikan saja, atau asuransi kesehatan saja. Kondisi keuangan yang tidak cukup, memungkinkan orang tersebut untuk memilih asuransi yang berada paling atas pada skala prioritas.

Untuk orang dengan kondisi keuangan rendah, bisa dipastikan tidak akan memilih asuransi. Selain karena kondisi keuangan yang tidak memungkinkan untuk melakukan hal tersebut, pengetahuan mengenai asuransi pun sangat minim bahkan tidak ada. Asuransi bagi orang tersebut sangat tidak penting dibandingkan cara untuk menyambung hidup dari hari ke hari.

Tetapi terlepas dari kondisi keuangan seseorang, asuransi sangatlah penting. Asuransi berkaitan dengan risiko yang dapat berarti ketidakpastian. Meninggal dunia, sakit, pencurian, kecelakaan, dan sebagainya.
Untuk lebih mudahnya, saya akan mencoba mengaplikasikannya dengan keluarga saya sendiri. Ayah saya seorang pegawai perusahaan swasta dengan penghasilan Rp 2.000.000,00 perbulan. Umurnya sudah 45 tahun dan memiliki waktu 10 tahun lagi sebelum pensiun. Penghasilan umum keluarga saya hanya berasal dari ayah saya. Jika ia meninggal dunia tiba-tiba, darimana saya yang masih SMA, kedua adik saya yang SMP dan SD, serta ibu saya akan dapat memenuhi kebutuhan hidup?

Dari sanak saudara? Mungkin. Tetapi sampai kapan? Karena saudara pun memiliki kebutuhan mereka sendiri. Atau saya dan ibu bekerja? Mungkin. Tapi sulit dan butuh waktu untuk mencari pekerjaan yang layak. Apalagi saya dan adik-adik saya masih sekolah dan tidak siap untuk bekerja.

Jawaban atas pertanyaan darimana saya, kedua adik saya dan ibu saya memenuhi kebutuhan hidup yaitu dengan cara berasuransi. Maka tidak berlebihan jika Sir Whinston Churciil mengatakan “…dengan berasuransi yang mungkin tidak murah, keluarga dapat terlindung dari malapetaka yang akan menghancurkan hidup mereka selamanya.”

Intinya, asuransi sebenarnya tidak sulit untuk dimengerti karena dampaknya yang sangat berpengaruh dalam hidup seseorang yang sangat penuh dengan ketidakpastian. Bagi remaja terkadang kata-kata sulit, aneh dan jarang didengar dari bidang asuransi membuat remaja enggan untuk mempelajarinya lebih lanjut. Itulah tugas dari para penyedia asuransi untuk membuat sebuah program pembelajaran asuransi yang komunikatif, padat isi, dan menarik untuk remaja. Tak kenal maka tak sayang, begitulah kata pepatah, semakin kita memiliki pengetahuan tentang asuransi, semakin kita sadar betapa pentingnya memiliki asuransi.

Jadi, ayo kita berasuransi!

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...