07 Maret 2012

Lonely Old Woman


Saat saya menulis ini, perempuan bergamis jingga yg pernah saya ceritakan sedang transfusi darah.

Saat saya ceritakan ini, ada seorang perempuan tua rewel, pasien di tempat tidur sebelah, yang terus memanggil suster. Entah untuk mengeluh panas, dingin, gatal, pusing, atau lapar.

Perempuan tua itu terus menekan bel yang terhubung ke meja suster di lobi depan rumah sakit, terutama ketika ia mulai merasa tak sabar.

Saya menemani perempuan bergamis jingga. Membantunya berpakaian, mandi, mengangkat infusnya ketika ia sujud, hingga membantunya mengelap tubuh.

Sementara perempuan tua itu sendirian, lagi-lagi mengeluh pada suster bahwa ia ingin muntah. Ia tak bisa tidur sejak malam, dan tak ada yang menemaninya disana.
Ia sendirian.
Ia kesepian.

Saya tidak tahu bagaimana jadinya jika saya ada di posisi perempuan tua itu.
Begitu sepinya rumah sakit, begitu bau karbolnya menyengat, dan betapa ributnya disini dengan semua keluhan penyakit itu.
Dan ketika tak ada seorang pun yg menemanimu 'membunuh' waktu disini, rasanya mungkin 'bunuh diri' pun terlintas dalam benakmu untuk segera dilakukan.

Hari ini hujan.
Mungkin keluarga perempuan tua itu tidak datang.
Memilih untuk menarik selimut dan bergelung diri dalam hangat.
Dibanding menemani perempuan tua yang rewel dan kesepian.


Entah mengapa tiba-tiba saya merasa ikut tenggelam dalam kesepiannya.

06 Maret 2012

Driver


Semua ini bercerita tentang sesosok pria setengah baya, yang kini baru saja bersin sambil mengendarai mini bus yang akan mengantarkan saya kembali ke asrama

Pria setengah baya yang sama seperti pria lain, mengendarai kendaraan beroda empat, lebih dari 12 jam sehari.

Ia melewati rute yang sama terus menerus, namun membawa penumpang yang berbeda setiap harinya.

Sejak lama, saat saya 4 tahun lamanya pergi ke sekolah dengan bus, saya selalu bertanya-tanya, apakah pria-pria, bapak-bapak, dan lelaki-lelaki ini tidak pernah jenuh?
Rentetan kendaraan, macet, panas, frustasi yang sama setiap harinya.
Belum lagi resiko kecelakaan, dimaki-maki penumpang, dibayar tidak pantas, atau terkena rampok, menghantui mereka kapan saja.

Jalanan yang sama, kerlip lampu yang sama, dan deretan pohon atau toko yang sama. Baru memikirkannya saja saya sudah jenuh setengah mati.

Apakah engkau begitu pak?

Tapi tidak, ketemukan senyum syukur disana. Ketika engkau menyadari bahwa engkau lebih beruntung dibanding orang yang tidak punya pekerjaan.

Ketika engkau bisa berjalan-jalan setiap harinya, dibanding bosan di rumah terus.

Ketika engkau bisa menafkahi istri dan anak-anakmu dengan harta yang halal, bukan dengan mencuri dan merampok.

Ketika engkau mempermudah jalan seseorang menuju sesuatu tempat, berharap bahwa tujuannya adalah untuk kebaikan.

Dan ketika engkau menyadari bahwa tanpa dirimu, orang lain akan kesulitan.

'dan nikmat Tuhan-Mu yang manakah yang kamu dustakan?'
:)

wallahu alam.
*menuju asrama, 26-01-12.
19:31

05 Maret 2012

Merah


Dan kuberi namamu merah.
Karena begitu cocoknya engkau dengan warna itu.

Kuberi namamu merah, karena ternyata aliran darah merahku semakin cepat, beritme sama dengan jantungku.

Kuberi namamu merah, bersama dengan kerlip lampu jalanan, dan embun di kaca, temanku pulang malam ini.

Kuberi namamu merah.
Karena kamu sukses menyebar warnamu, dan terkena langsung pada bagian terpenting diriku.

Dan warnanya tak lagi sama, kini dia berwarna merah muda.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...