07 Maret 2012

Lonely Old Woman


Saat saya menulis ini, perempuan bergamis jingga yg pernah saya ceritakan sedang transfusi darah.

Saat saya ceritakan ini, ada seorang perempuan tua rewel, pasien di tempat tidur sebelah, yang terus memanggil suster. Entah untuk mengeluh panas, dingin, gatal, pusing, atau lapar.

Perempuan tua itu terus menekan bel yang terhubung ke meja suster di lobi depan rumah sakit, terutama ketika ia mulai merasa tak sabar.

Saya menemani perempuan bergamis jingga. Membantunya berpakaian, mandi, mengangkat infusnya ketika ia sujud, hingga membantunya mengelap tubuh.

Sementara perempuan tua itu sendirian, lagi-lagi mengeluh pada suster bahwa ia ingin muntah. Ia tak bisa tidur sejak malam, dan tak ada yang menemaninya disana.
Ia sendirian.
Ia kesepian.

Saya tidak tahu bagaimana jadinya jika saya ada di posisi perempuan tua itu.
Begitu sepinya rumah sakit, begitu bau karbolnya menyengat, dan betapa ributnya disini dengan semua keluhan penyakit itu.
Dan ketika tak ada seorang pun yg menemanimu 'membunuh' waktu disini, rasanya mungkin 'bunuh diri' pun terlintas dalam benakmu untuk segera dilakukan.

Hari ini hujan.
Mungkin keluarga perempuan tua itu tidak datang.
Memilih untuk menarik selimut dan bergelung diri dalam hangat.
Dibanding menemani perempuan tua yang rewel dan kesepian.


Entah mengapa tiba-tiba saya merasa ikut tenggelam dalam kesepiannya.

3 komentar:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...