14 Januari 2012

Perempuan Bergamis Jingga

Ia mengenakan jilbab lebar dengan gamis jingga pagi itu.

Wajahnya terlihat letih dengan gurat-gurat lelah memenuhi bawah matanya.
Sesekali ia terbatuk, sesekali pula meringis menahan perih, lagi-lagi asam urat yang kambuh setelah makan sayuran hijau.

Sudah lama aku tak melihatnya duduk di beranda yang sama
dengan wajah lesu seperti menunggu sesuatu.
Entah nasi di atas dandang, atau air di dalam ceret yang sebentar lagi melengking nyaring.

Sudah lama juga aku tak melihatnya tersenyum.
Biasanya ia sesekali menaikkan 2cm sudut kanan kiri bibirnya saat menonton opera van java.
Namun televisi dan antena yg terkena angin ribut sepertinya mengurungkan niatnya sekedar melepas rasa lelah menghadapi dunia.

Kini ia tengah berdiri di depan gerbang rumahnya.
Lagi-lagi dengan gamis jingga kesukaannya.
Jilbab lebar berwarna senada yang ia kenakan tertiup angin perlahan.
Mengantarkan bayu menyapu rambut putihnya yang keluar di sela-sela jilbab itu.

'Kaka pulang.'

dan seketika itu harapan terpancar di matanya yang sendu.
Wajah tuanya terlihat sedikit cerah dengan senyum yang kembali terlihat.

Aku memandangnya dengan sesal.
Sebegitu sibukkah aku sehingga hanya sempat 3minggu sekali pulang ke rumah?

Sementara sosok tua bernama mama ini menunggu dengan resah.
Menyembunyikan rindu dengan rapi dalam laci bernama hati.

Dan kini aku harus kembali pergi.
Ada ujian yang harus dilewati.

Ma, doakan anakmu yang sering bersikap durhaka ini. Agar segala hal mudah dijalani, dan hasilnya sesuai dengan usaha yang aku jalani.

amin
amin
ya robbal alamin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...