16 Januari 2012

Irama Ritmis


Musik terdengar menghentak, earphone terpasang rapat.
Kakiku melangkah mengikuti irama, kemudian berputar dan merasakan adanya udara.

Musiknya menyenangkan, dan isi kepalaku rasanya terbang. Ringan sekali, hingga tanpa sadar kututup mata dan merasakan sapuan cinta bayu di pipiku.

Putaranku berhenti ketika musiknya berakhir. Tak lama terdengar nada lain, lebih lembut dan menenangkan.
Aku mencari tempat duduk di pinggir bangku tinggi, membiarkan kaki ini terjulur ke bawah dan bergerak ke depan belakang bergantian.

Beberapa orang memperhatikanku aneh, mungkin seperti pengindap autis yang hidup dalam dunianya sendiri.

Alah, aku tak peduli. Saat ini adalah momen penenangku, untuk terus bisa bernafas lebih lama dalam dunia hiruk pikuk yang mulai gila.

Kemudian ketika aku kembali memejamkan mata, kamu datang tanpa aba-aba.
Menarik earphone hitamku dan menatapku dengan pandangan kecewa.

Aku membalas dengan pelototan, berharap kau minta maaf, namun hanya cengiran khas yang kau sunggingkan.

"Berhenti seperti ini."

"Kenapa?"


"Karena musik itu menyitamu."


"..."


"Mengapa kamu tak dengarkan musik disini?" ia menunjuk dadanya.


"Musik?"


"Degup jantungku membentuk irama ritmis yang menyenangkan ketika bertemu kamu."



#eaaaaa..
#nooffense

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...