28 Juli 2011

What the...!

image is taken from here

Berawal dari mengomentari status teman laki-laki di facebook, semua berujung berantakan. Saya rasa bahasa yang saya gunakan biasa saja. Mungkin sedikit bernada perhatian, tapi masih dalam kadar wajar.

Teman lelaki saya, hmm, kita beri nama Rega, membuat status berkata dirinya kena paru-paru basah. Saya, yang notabene adalah teman lama sejak SMP, teman dekat, satu eskul, teman curhat, berkata untuk mengurangi begadang dan sering memakai jaket, karena kesehatan itu mahal harganya. Biasa saja kan?

Tak lama, ia meng-sms-saya meminta saya mengklarifikasi comment itu. Katanya perempuannya, kita beri nama Dira, ngomel-ngomel dan cemburu sama saya. Bahkan, Rega meminta saya untuk meng-sms Dira dan mengklarifikasinya lebih jelas via sms.

What the? Penting ga sih?

Saya bilang, “Agaknya kalo gue sms dan bilang ini itu dia nya malah tambah marah deh. Pertama, jelas, gue tau darimana nomor dia? Pasti dari elo kan? Gue kan sama dia belum pernah ketemu, temen dia ya bukan temen gue. Kedua, ga ada satu perempuan pun yang suka, perempuan lain jadi penengah masalah dia sama pacar mereka, apalagi konteksnya disini, gue perempuan yang dicemburuin. Lo malah bikin dia tambah ngamuk tau!”

Dia dengan paniknya berkata, “Masalahnya dia udah gak mau denger gue bilang apaan. Jadi gue pikir kalo elo yang klarifikasi, mungkin dia bisa ngerti.”

Setelah pembicaraan panjang, akhirnya saya memutuskan untuk mengklarifikasi juga, walau dengan setengah hati dan dongkol setengah mati.

“Oke, gue klarifikasi, tapi di status lu aja.”

Grr! Apaan sih? Saya temenan sama Rega sudah dari 8 tahun lalu. Sementara dia baru 8 bulan lalu, terus kenapa juga saya yang harus bela-belain cewek manja dan cemburuan itu sih?

Setelah klarifikasi, dengan kata-kata begini, “Sorry ya, saya cuman temenan kok sama Rega, gak ada maksud apa-apaan. Mudah-mudahan gak cemburu ya. Hehe.”, saya mengira urusan beres ya, karena si Dira pun sudah komen dengan halus dan manis, layaknya seorang pacar penuh pengertian, “Iya, gak papa kok.”

Tapi ternyata Rega meng-sms berkata bahwa Dira malah tambah ngamuk. Mengatakan bahwa Rega menjelek-jelekan ceweknya sendiri cemburuan dan blablabla dihadapan orang lain (saya dan seorang temen Dira yang ikutan komen).

What the? Grr! Saya kehabisan kesabaran.

Akhirnya Rega menghapus status itu dan sms kami pun berhenti. Saya kira masalah selesai, lah orang masalah sepele gak penting begitu kok, harus dibahas segala.

Tapi ternyata saya salah, beberapa hari kemudian, ketika saya tahu Rega pulang kampung, saya dan beberapa teman dekat berencana jalan-jalan setelah hampir setahun tidak bertemu. Wajar dong, saya meng-sms dirinya bertanya sudah sampai di rumah atau belum, dan mengatakan rencana kami.

Besok paginya setelah saya meng-sms Rega, ada satu missed call di hp saya. Nomor tak dikenal. Ada satu sms juga dari nomor yang tidak dikenal itu.

“Gue bingung, pusing, butuh orang buat sharing masalah ini. Besok pagi gue ke rumah lo.”

Well, itu Rega. Menelpon saya jam 2 pagi, dan datang jam 1 siang ke rumah saya dengan wajah kusut. Bertengkar dengan Dira. Karena beberapa hal, mungkin termasuk sms saya semalam. Rega sedang menelpon Dira, sms saya masuk. Rega refleks membalas dan menghentikan sejenak pembicaraan. Tentu saja Dira bertanya kepada siapa pesan itu ditujukan, cukup malam, mungkin jam 11, dan seenaknya menginterupsi obrolan mereka.

Jawabannya adalah sms balasan Rega untuk saya.

Habislah!

 Saya tahu, jika saya di posisi Dira, tentu saya akan marah. Tapi saya tidak akan marah seperti orang tidak terpelajar. Kalo kata orang, gak makan bangku sekolahan.

Hei, yang lo cemburuin temennya sejak SMP, gue engga ada rasa apapun tuh sama cowok lo. Kalo emang gue suka, kenapa gak dari 8 tahun lalu gue pacaran sama dia? Gak percaya yang namanya true friends antara cowok-cewek? So what? Setidaknya gak usah nyusahin cowok lo dengan tingkah menuduh buta dan egois dengan tidak mendengarkan penjelasannya!

Di satu sisi saya kesal pada Dira, di satu sisi saya merasa kesal plus kasihan pada Rega. Mengapa jenis perempuan seperti itu masih dipertahankan? Yang sudah memaki dengan bahasa binatang padahal dia jelas perempuan, yang justru menarik dunia kamu Ga, yang katanya mau serius kuliah, dan merecoki isi pikiran kamu dengan dirinya dibanding sketsa gambar yang seharusnya memenuhi bukumu.

Ah, saya ngomong berbusa juga gak akan didenger. Kamu sudah cinta mati kan sama dia? Yah terserah deh, yang menjalani kan kamu, yang susah dan kuliahnya gak beres kan kamu, yang pusing karena cinta juga kamu. Kamu cerita sama saya hanya supaya perasaanmu lega, tapi keputusanmu untuk tidak meninggalkan Dira sudah bulat bukan? 

Jadi buat apa saya cuap-cuap tanpa hasil?

Open your eyes Ga, ada banyak perempuan yang lebih baik dari dia.

4 komentar:

  1. wah, sy jd ikut prihatin dgn maslh ini. tolong pd kata 'prihatin' menggunakan gaya/logat pak beye :D

    eniwei, klo gk terdidik/berpendidikan emang jd kebun binatang yg kluar dr bibirnya :D

    yuk ah, tarik napas dulu, tahan, tahan... tahan.. terus tahan.... :D

    BalasHapus
  2. aku sering ada di posisi ini... maklumlah kan aku keren, seksoy dan bahenol wkwkwk pis! becanda dink...

    tp brdasarkan pengalamanku sih, ga usah diambil hati aja ya. ngapain ikut pusing. klo depresi, konsultasi ke pskiater biayanya mahal lhooo :P

    btw buat maya ni, ane jg berpendidikan tp ada seekor binatang keluar jg tu kmrn buat kata ganti seseorng. ente dgr kan may? hahaha..

    *ocehanorangsakithati*

    :P

    BalasHapus
  3. wkwkwkwk...ini yg wkt itu km ceritain di ym kan ya?
    wkwkwkwkwkwkwk

    parah...buang ke laut aja cewe begitu :p
    aq 2 kali kehilangan teman cowo gara2 cewe begitu, pdhl uda lbh lama kenal cowonya drpd tu cewe :(

    BalasHapus
  4. @mbak maya.
    hihi, prihatin logatnya pak beye gimana tho?

    @mbak enno.
    yah mbak, aku tau nih ceritanya sama kayak punyamu dan anwar. cuman si cowoknya agak mempersulit ya -.-
    aniwei, aku ttp dlm satu prinsip, semarah apapun kita, berbicara dengan bhasa yang tidak pantas itu tidak baik. hehe. kadang udh kuketik, terpaksa di delete setelah mikir ulang utk posting begitu, hehe

    @mbak glo
    hehe, engga lah mbak, kan temen. cuman aku kurangi frekuensi aja kecuali dia yg mau curhat dll.

    BalasHapus

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...