22 Juli 2011

Ketika Setengah Suara Bumi Hilang

image is taken from here

Terbangun dengan setengah suara bumi hilang bukan perkara mudah. Yang terjadi awalnya tentu berteriak histeris memanggil mama. Beliau menenangkan dan memberitahu bahwa itu mungkin hanya dengung atau telinga penuh udara karena saya memang sedang menderita flu saat itu.

Saat berobat ke dokter terdekat, saya akhirnya hanya diberi obat alakadarnya seperti orang flu. Memang dasarnya saya benci berobat ke dokter dan malas meminum obat, akhirnya obat itu hanya tiga kali saya minum, sisanya entah kemana.

Selama hampir tiga tahun saya mencoba untuk beradaptasi dengan setengah suara bumi lainnya. Belajar membaca gerak bibir, berusaha berkata jujur kepada teman terdekat agar tidak merepotkan, dan tentunya berusaha percaya diri. Well, secara keseluruhan tidak pernah ada masalah yang berarti menghampiri diri saya yang mendengar dengan satu telinga ini. Kecuali sulitnya saya menengok ketika dipanggil dari jauh, sulitnya saya bercakap dengan orang yang berada di sebelah kanan saya, dan sulitnya berbicara dengan suara kecil dengan orang lain.


Beberapa hal yang harus saya sesuaikan adalah selalu mengambil tempat duduk di sebelah kanan orang lain jika di dalam bus atau angkot, tidur dengan posisi miring ke kanan, dan menelpon hanya  menggunakan telinga kiri. Alhamdulillah saya tidak bisa mendengar dengan telinga kanan, sehingga saya bisa tidur miring ke kanan lebih sering, seperti anjuran Rasulullah SAW.

Saat SMA saya mencoba untuk berobat kembali, di tahun kelima saya kehilangan setengah suara bumi. Dokternya bingung, saya pun bingung. Gendang telinga bagus, telinga bersih, saya tidak pernah menderita panas tinggi hingga kejang, atau penyakit telinga lainnya. Catatan saya bersih, kecuali satu, waktu kecil, mungkin umur dua tahun, saat saya sedang dibersihkan telinganya oleh mama, katanya saya berlari-lari dan menabrak bangku. Cotton bud nya melukai telinga saya dan mengeluarkan darah. Saya dilarikan ke rumah sakit, dan selamat. Saya yakin tidak ada masalah dengan telinga saya hingga umur sebelas tahun.

Di rumah sakit itu, saya menjalani tes audiograph dan ditemukan garis merah dibawah normal pendengaran manusia untuk telinga kanan saya. Tidak ada yang bisa dilakukan dokter atau disarankan olehnya, saya merasa seperti orang bodoh datang ke dokter tanpa mendapatkan hasil apapun, hanya secarik kertas hasil audiograph yang bahkan tidak dijelaskan oleh dokternya. Grrr, sudahlah.

Kemarin, setelah tiga tahun saya tidak memeriksakan diri ke dokter karena kesal setengah mati dengan hasil berobat sebelumnya, akhirnya saya menemukan alasan untuk pergi menemui dokter lain. Telinga kiri saya berdarah. I just have one ear, the only one, dan bisa dibayangkan betapa kagetnya saya menemukan darah di cotton bud saya.

Akhirnya, rumah sakit khusus THT di daerah proklamasi lah pilihan saya. Setelah bingung tanya jalan sana sini, saya bersama ayah sampai di rumah sakit yang dekat dengan tugu proklamasi itu. Setelah menunggu sekitar setengah jam, saya menemui dokter perempuan, namanya dokter Annida. Bersyukurlah saya beliau perempuan, karena yang sebelumnya memeriksa saya laki-laki. Dan saya pun harus buka jilbab untuk diperiksa.

“Kenapa ini?”

“Telinga kiri saya berdarah, dan yang sebelah kanan memang sudah lama gak berfungsi dok.”

“Coba yuk saya periksa dulu.”

Setelah diperiksa, ternyata telinga kiri saya hanya lecet. Alhamdulillah. Mungkin karena saya sering asal dalam membersihkannya sehingga melukai dinding telinga. Dokter mengobatinya dengan betadine dan mewanti-wanti agar merawat dengan baik telinga saya yang lain.

Saya disuruh untuk tes audiograph lagi dan mencoba alat bantu dengar di laboratorium audiograph di lantai dua. Setelah menunggu satu jam, saya dipersilahkan masuk.

Berbeda dengan rumah sakit sebelumnya, saya dijelaskan dengan jenis-jenis kerusakan telinga, proses terciptanya suara dari luar hingga sampai ke otak, alternatif jalan keluar ketika terjadi kerusakan telinga, proses dan hasil audiograph yang berupa grafik, dan jenis-jenis alat bantu dengar.

Saya puas walau hasilnya sendiri tidak begitu baik. Saya dikatakan menderita kerusakan telinga bagian dalam. Agar telinga sebelah kanan saya berfungsi kembali, saya harus melakukan operasi pemasangan alat bantu dengar di tulang pendengaran saya. Biaya operasi lah yang membuat saya mengurungkan niat untuk mendengar dengan dua telinga. Lima puluh juta rupiah untuk alat bantu dengarnya saja, belum dengan biaya operasi, perawatan, rehabilitasi dan pemulihan.

Lalu, saya termenung sepanjang perjalanan.

Ya Allah Yang Maha Pengasih, terima kasih karena sudah memberikan sepasang telinga lengkap walau salah satunya tidak berfungsi.

Terima kasih karena salah satunya masih berfungsi dan aku masih bisa mendengar setengah suara bumi-Mu yang indah ini.

Aku tidak bisa membayangkan jika di suatu pagi, aku kembali bangun dengan setengah suara bumi lainnya yang ikut hilang.

Aku pasti tersungkur dan meraung meminta-Mu mengembalikannya, ya Allah Yang Maha Pemberi nikmat, terima kasih, Alhamdulillah, subhanallah atas kuasa-Mu menciptakan manusia dengan begitu sempurna, hingga sedetail-detailnya.

“Maka nikmat Tuhan-Mu yang manakah yang kamu dustakan?”


9 komentar:

  1. ah, merinding membacanya...sabar ya, Lia. banyak2 bersyukur, Insya Allah ada hikmah dibalik semuanya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. ke RS ssmedika Jakarta aja, lebih nyaman tuh rumah sakit THT Bedah dan pasti sembuh
      deh tim dokter tht bedahnya under prof Helmi (suhunya dokter-dokter THT di Indo ),
      saya sudah kemana mana, sembuhnya di sana,
      memang waktu awal kaga yakin karena rs nya agak sepi,
      tapi ternyata puas banget sama pelayanannnnya

      Hapus
  2. Liaaa....
    aq gak pernah tau kalau telingamu gak berfungsi satu :)
    keep spirit yaaaa....dg 1 telinga jg pasti bs sukses (contoh bs lulus snmptn, aq aja telinga lengkap ga lolos) hehehhee

    di jaga yg satunya supaya tetap bs maksimal aktifitas :)

    have a nive dayy

    oh iya, kamu koq bs sih post di schedule gn?
    aq kmrn gagal 2x nyoba schedule post :( kenapa yaaa???

    BalasHapus
  3. Lia... aku... ga tahu harus komen apa.
    tetep semangat ya say... :)

    BalasHapus
  4. kamu ga sendiri... aku juga kok. telinga kananku kemampuan dengarnya hny bbrp persen gara2 kecelakaan waktu kecil jg.
    cuma aku blm punya alasan utk cerita aja hehe..

    :)

    kenyataannya hal ini ga menghalangi aku utk melakukan byk hal. kamu tau sendiri dr cerita2ku di blog, neng...

    jd tetep semangat.
    dan bener... bagaimanapun juga alhamdulillah

    *hug*

    BalasHapus
  5. eh btw, baru nyadar keluhan si poni di atas. post schedule aja ga bisa?
    ckckck... memang bener2 gaptek ya si poni ituh! wkwkwkwk...

    BalasHapus
  6. @mbak rona.
    hehe, iya mbak, aku tau kok Allah ngasih kekurangan utk dijadikan kelebihan, gimana kita nerimanya aja :D

    @mbak glo.
    hehe, si poni si poni, kayaknya enak nyebutmu begitu mbak. wkwkw.kangen ih.
    kenapa ya mbak? aku juga bingung kenapa ga bisa schedule post, wkwk, tanya pakarnya aja gimana? *lirikmbakenno*

    @mbak annes.
    i will mbak, aku bahagia2 aja kok cuma berfungsi satu, asal ga tiba2 hilang satu aja, hehe.

    @mbak enno.
    masa mbak? waah, baru tau. hehe. iyaaa, aku bakalan ttp semangat nulis, kan aku bikin blog begini juga karena seneng liat postinganmu mbak.
    thx ya, buat inspirasinya

    *hug*

    BalasHapus
  7. saya juga punya masalah denganmu, I only hear with my right ear, and the only problem to fix this kind of problem is the cost for operation

    You are not alone,
    Hope you can have budget for your operation,

    Keep spirit

    BalasHapus
  8. ke RS ssmedika Jakarta aja, lebih nyaman tuh rumah sakit THT Bedah dan pasti sembuh
    deh tim dokter tht bedahnya under prof Helmi (suhunya dokter-dokter THT di Indo ),
    saya sudah kemana mana, sembuhnya di sana,
    memang waktu awal kaga yakin karena rs nya agak sepi,
    tapi ternyata puas banget sama pelayanannnnya

    BalasHapus

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...