14 Oktober 2009

Ketika Menulis Bukan Pilihan



Menulis bagi saya sudah menjadi bagian hidup. banyak perasaan yang engga bisa dicurahkan saya tuliskan dalam rentetan kata-kata yang bisa mengurangi banyak perasaan itu. tapi anehnya saya sendiri tidak begitu menginginkan profesi sebagai menulis. istilahnya, full-writer, mungkin karena bagi saya writer itu engga bisa menghasilkan banyak uang.
sekarang, coba kita liat deh definisi 'pekerjaan' itu sendiri.
ini kata mister saya waktu ngajar di tempat les bahasa inggris, dan yang menginspirasi saya juga untuk mulai menulis di blog, katanya, pekerjaan itu adalah sesuatu yang bisa menghidupi kamu.

hem, realistis. itu yang saya pikirkan ketika mendengar pernyataan Mr. Jeffry about the definition of job.
tapi saat itu saya masih befikir, menulis tidak bisa membuat saya kaya.
emang sih, saya menulis untuk mencurahkan ide, dan ada sebuah fantasi perasaan tersendiri ketika kamu menciptakan dunia kamu sendiri. you will be the god of your story. itu kata mister saya.

tapi saya masih berfikir menulis hanya membuang waktu saya yang harusnya bisa digunakan untuk mencari uang, tapi malah duduk di depan komputer, menuangkan ide dan mencari inspirasi.

lalu ketika itu, mister bilang gini.
could you mention the kind of jobs that make you will be rich?

temen-temen saya menjawab presiden, direktur, pengusaha, musisi, and many more.
saya sendiri menjawab pengusaha.

lalu mister menulis definisi job yang menurut dia akan membuat dia kaya adalah "from home, whenever time that you choose and big sallary"

semua menjawab, "mana adaaa misterr!!!"

mister jeffry cuman senyum-senyum doang denger anak-anak ngomong kayak gitu. (mister mah emang doyan senyum-senyum sih, haha)

dengan optimisnya dia menjawab, "ada kok. writer."

saya langsung membantah opininya, yang menurut saya sangat berbeda dengan apa yang saya yakini selama ini.
"Tapi mister, menulis itu membutuhkan ide, waktu, dan belum tentu juga buku yang dibikin laku."

sekali lagi mister cuman senyum-senyum, "siapa bilang harus buku??"

iya sih, siapa bilang harus buku?? tapi kan, ketika kamu melihat kata penulis, biasanya yang terbayangkan adalah sebuah buku. ya ga sih? apa cuma saya ajah?

"Lah terus harus apa dong, mister?"

mister duduk di kursinya dan menopang dagu (kebiasaannya yang paling sering dilakukan selain geret-geret kursi mendekati papan tulis karena males jalan, hahaha)
"kamu bisa nulis artikel."

semua bengong.

"kenapa harus artikel, mister?"

"coba kalian, disini ada engga, yang engga kenal internet, atau minimal, engga pernah denger deh kata internet?"

semua diem.

"Nah, engga ada kan?"
"Jadi, biasanya kalian ngapain kalo internetan?"

semuanya ribut ngejawab, mulai browsing, chatting, facebook-an, maen game online, cari jodoh (ups...!), sampe nyari bahan buat tugas.

"Actually, everybody of you using internet for find the information, right? walau seikit chat, facebook, game, tapi itu kan lebih ke entertain, yang kita bisa cari selain di internet juga, tapi almost people find more information from internet."
"Coba kalian pikir, berapa banyak sih, deretan hasil pencarian di google ketika kamu menuliskan suatu kata tertentu?? siapa yang bikin itu semua? siapa yang mencari informasi dan menuliskannya disana supaya kalo kamu nyari, tinggal ambil aja?"

semua diam, tapi kayaknya udah pada 'ngeh' maksudnya mister kemana.


"Writer yang menulis itu semua, kan? tapi walaupun sekian banyak orang yang menulis itu, tapi tetep aja kita kekurangan informasi. ya engga?"
"Menulis itu hal yang engga akan ketinggalan zaman. karena setiap orang, setiap hari, setiap detik, membutuhkan informasi. apapun bentuknya."

trus akhirnya mister mulai berlagak layaknya seorang akuntan. menghitung berapa penghasilan yang ia dapat dari menulis setiap minggunya, setiap artikelnya, dan setiap bulannya.
"misalnya aja, kalian dapet uang 20000 (anggep aja segitu) dari setiap artikel, setiap harinya kalian bikin 1, berarti, setiap bulan dapet 30X20000 jadinya 6ratusribu sebulan.
itu angka yang lumayan untuk seorang anak sma, kan??"

"Tapi kan engga gampang nulis artikel mister."

"Coba gni deh, sekrang umur kalian sekitar 16-18 tahun kan. umur berapa kalian bisa baca?? mungkin sekitar 7 tahun saat SD. itu sudah 11 tahun-an kan. sangat lama. dulu, saat Sd boro-boro bisa baca twilight, baca selembar kertas tulisannya INI BUDI aja susahhnya minta ampun. sekrang, baca twilight yang tebelnya segede alaihin gambreng, kalian bisa baca cuman 1 hari. tapi bisa kann??"
"Engga ada yang engga perlu waktu. semua butuh waktu. sekrang ada waktu kalian memulai dengan sesuatu yang kecil. belajar nulis artikel, belajar bahasa inggris."
"lihat 5 tahun dari sekarang, kalian pasti jago. coba saya tanya, kalo 5 tahun belajar main piano, apa engga jagoo??"

semua mengangguk mengiyakan mister.


"5 tahun dari sekarang kalian baru umur 22-24 tahun kan? umur yang pas ketika kalian mulai bekerja. kalo udah bisa nulis artikel, kalian bisa menulis aja di rumah, dapet gaji gede, waktu nulis bebas. gak harus kayak temen-temen kamu yang lain pagi-pagi empet-empetan naik bis, pulang malem, capek, besok kerja lagi, sementara gajinya sama kayak yang kamu dapet. "
"kalo bisa kerja enak dengan gaji gede, ngapain kerja capek??"

saya tersenyum sendiri denger mister kayak gitu.
actually, mister sendiri udah nyoba pengalaman nulis artikel kayak gitu di internet. dan hasilnya lumayan.
tapi saya sendiri masih belum tau kenapa dia engga memutuskan untuk jadi full writer meninggalkan tugasnya jadi guru bahasa inggris.

secara engga sadar, mister menyadarkan bahwa selama ini saya salah. menulis bisa menjadi sebuah mata pencaharian yang baik ketika umur saya sudah cukup untuk bekerja. tapi, tetep aja nulis engga akan saya jadikan mata pencaharian utama.
mungkin nanti, ketika saya sudah tidak tertarik menjelajahi keribetan sebagai seorang pekerja biasa, dan menikmati berada di bawah.
mungkin nanti ketika saya sudah letih menjadi sekedar employee dan ingin kerja bebas sesuai keinginan saya.
tapi saya tau, "mungkin nanti" itu engga akan berlangsung lama mengingat keinginan dan sifat saya yang bebas dan mudah bosan dengan sesuatu yang berlangsung terus menerus.

banyak hal yang harus dipelajari, dimengerti untuk sebuah kesuksesan.
tapi resepnya yang saya selalu tau berlaku untuk semua jalan menuju sukses ada 3. berusaha, berdoa, dan berikhtiar.


PS: makasih buat mister jeffry atas inspirasinya. =)

1 komentar:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...